Mesir lebih optimis dengan mursi


Akhirnya perdebatan tentang siapa presiden Mesir paska Revolusi 25 Januari terjawab sudah.
Setelah mundur sekitar satu jam dari jadwal semula, Sutan Faruk Ketua KPU Mesir akhirnya
mengumumkan kemenangan Dr. Muhammad Mursi, capres Ikhwan dalam Pilpres Mesir dengan
meraih suara 13.230.131 suara atau 51,73 % , unggul sekitar 800ribu suara dari kandidat lainnya
Ahmad Syafiq.
Tidak ragu, pengumuman terpilihnya Dr. Mursi ini mencatat rangkaian sejarah baru bagi Mesir.
Dialah presiden Mesir pertama yang lahir dari fajar revolusi setelah lepas dari cengkraman
diktator Husni Mubarok. Mursi pula yang tampil pertama kali menjadi presiden dari kalangan
sipil setelah kurang lebih rentang waktu 60 tahun lamanya di dominasi oleh militer. Kemenangan
Mursi juga menjadi demikian menyejarah, mengingat beliau adalah wakil dari Jamaah Ikhwanul
Muslimin yang sejak didirikan oleh Hasan AlBanna tahun 1928 senantiasa di luar kekuasaan.
Bahkan bukan hanya itu, dalam kurun 30 tahun terakhir ini banyak para aktifisnya yang berdiam
di balik jeruji besi atas perintah dan kesewenang-wenangan pemerintahan diktator Mesir. Mursi
sendiri pernah mengalami hal tersebut, ia berulang kali masuk penjara, baik di masa Presiden
Anwar Saddat (1970-1981) maupun di era Presiden Husni Mubarak (1981-2011) atas tuduhan
melakukan gerakan bawah tanah untuk menggulingkan pemerintah.  Semua ini menjadikan
pengumuman KPU Mesir ahad (24/6) benar-benar membelalakkan mata, bukan hanya bagi
rakyat mesir, namun juga warga dunia secara umum.
Siapa sebenarnya Muhammad Mursi. Ia bukanlah sosok yang digambarkan banyak orang
sebagai anti Amerika secara membabi buta. Beliau adalah seorang doktor teknik material lulusan
University of Southern California pada 1982, bahkan pernah menjadi dosen atau profesor
pembantu di universitas tersebut selama tiga tahun setelah kelulusannya. Beliau mengawali
karirnya di Mesir di bidang akademis, hingga mengetuai jurusan teknik material di Universitas
Zakazik, Mesir sampai dengan tahun 2010, dan juga menjadi dan dosen teknik di Cairo University.
Kesibukannya di bidang akademis ternyata tidak melunturkan kecintaannya pada Al-Quran, dan
bahkan mampu menyelesaikan hafalannya dengan baik dan lancar. Dr. Thoriq Suwaidan dalam
akun twitternya juga menambahkan : Mursi adalah presiden pertama yang hafal al-Quran secara
menyeluruh. Dalam jamaah Ikhwanul Muslimin, Mursi masuk mulai pada tahun 1977 dan
terakhir tercatat sebagai anggota Maktab Irsyad atau dewan pimpinan tertinggi di jajaran
organisasi berpengaruh tersebut.
Pertanyaan yang saat ini menggelayuti banyak pihak di Mesir adalah, bagaimana Mursi mampu
menjalankan amanah keprisedenannya dengan baik di tengah suasana ‘krisis konstutusi’ yang
diciptakan oleh Dewan Tinggi Mesir (SCAF) setelah mengeluarkan Dekrit Konstitusi yang
disempurnakan sehari sebelum pilpres berlangsung. Sementara Dekrit itu sendiri menegaskan
kembali kewenangan SCAF dalam pemerintahan, setelah sebelumnya dilakukan pembatalan atas
Majelis Parlemen yang telah terpilih dalam pemilu legislatif sebelumnya.
Jika kita perhatikan dengan cermat, sesungguhnya ketegangan antara Militer dan Ikhwan atau
dalam hal ini ‘sedikit’ mereda terlihat dengan dua perkembangan terakhir yang sangat signifikan
menunjukkan niatan keduanya untuk tidak face to face secara langsung. Pada satu sisi Dewan
Tinggi Militer terlihat ‘legowo’ dengan membiarkan KPU bekerja dengan baik dan akhirnya
mengesahkan sekitar 800ribu suara yang diperselisihkan kubu Ahmad Syafiq, hingga
menghantarkan kemenangan bagi Mursi.  Ini menunjukkan secara langsung bahwa Dewan
Militer ‘enggan’ untuk kembali berperang dengan rakyat Mesir secara umum. Karena jika
berkehendak, tentulah Dewan Tinggi Militer mampu dengan mudah mengintervensi KPU untuk
memenangkan Ahmad Syafiq. Indikasi pencurian kemenangan Mursi via KPU pun sudah
terendus beberapa hari yang lalu, dan alhamdulillah hal ini tidak terjadi. Sementara pada sisi
yang lain, Ikhwanul Muslimin juga terlihat ‘menerima’ keputusan Majelis Tinggi yang berkaitan
tentang pembatalan Majelis Parlemen, dan upaya pembentukan dewan konstitusi yang akan
menyusun undang-undang. Kedua hal ini mengindikasikan kedua belah pihak tidak berniat untuk
berhadap-hadapan dengan lebih keras, yang pada akhirnya akan menimbulkan konflik dan
korban.
Namun permasalahan tidak lantas selesai dengan indikasi-indikasi di atas. Ketegangan berikutnya
akan berputar di wilayah siapa yang paling berhak dan berkuasa atas pemerintahan Mesir. Untuk
mengecilkan peran Mursi, SCAF akan memainkan Dekrit Konsitutusi yang disempurnakan, serta
mencoba mempermasalahkan legalitas pilpres itu sendiri. Pada sisi yang lain, Mursi sebagai
Presiden terpilih juga akan menaikkan bargainingnya dan juga mengorek legalitas SCAF yang nota
bene perpanjangan tangan Mubarok yang hanya bertugas mengawal masa transisi saja. Isu
kemenangan Revolusi total akan cukup strategis untuk memojokkan posisi SCAF pada sisi
tertentu.
Pekerjaan rumah yang dimiliki Mursi saat ini tentu saja adalah merangkul seluruh elemen pro
Revolusi untuk menguatkan langkah khususnya dalam menghadapi ketegangan-ketegangan
berikutnya berhadapan dengan SCAF. Perolehan Ahmad Syafiq yang hanya terpaut sekitar 3%
dari Mursi menunjukkan beberapa indikasi. Dari angka tersebut mereka yang mendukung
Ahmad Syafiq bukan saja yang pro rezim sebelumnya, dalam arti mereka masyarakat mapan
yang melihat Mesir masa Mubarok lebih tenang dan stabil dari pada setelah Revolusi, namun
juga diperkirakan mereka adalah masa mengambang sekuler yang phobi dengan naiknya suara
ikhwan yang secara fastastis khususnya pada pemilihan pemilu legislatif sebelumnya. Karenanya
upaya untuk merangkul masyarakat Mesir dengan segenap elemennya adalah langkah mendesak
yang harus segera dilakukan. Dan nampaknya Mursi telah bergerak cepat dalam hal ini, pada
Sabtu 23 Juni atau sehari sebelum pengumuman FJP dan Mursi mengumpulkan seluruh kekuatan
politik -utamanya sekuler- yang tercerai berai untuk sebuah rekonsiliasi dan menggalang
kekuatan melawan hegemoni militer. Tentu ini adalah sebuah langkah luar biasa, yang bahkan
mendapat apresiasi dari dunia internasional dengan publikasi di media massa utama di dunia.
Hal berikutnya yang menunjukkan kesiapan Mursi untuk merangkul seluruh elemen dan
masyarakat Mesir justru datang dari Ikhwan Muslimin. Kurang dari satu jam setelah
pengumuman KPU, Ikhwan secara resmi kemudian memberhentikan Mursi dari keanggotaannya
di jamaah, dan begitu pula dari FJP.
Satu lagi pertanyaan yang tersisa : Benarkah sikap tulus Amerika yang hari-hari ini kerap terlihat
menekan SCAF untuk segera menyerahkan kekuasaan pada presiden sipil terpilih akhir Juni
sesuai janjinya ?. Jika benar dan tulus, maka inilah babak baru hubungan dan dialog antara
Amerika dan Ikhwanul Muslimin yang barang kali belum terbayangkan dalam benak sebelumnya.
Jika kemenangan Mursi ini mengantarkan pada kegemilangan Mesir pada satu sisi, lalu
menyebarkan aura dan semangat musim semi di negara muslim lainnya,  serta pada saat yang
sama membuka keran dialog yang lebih terhormat antara Ikhwan dan Barat -atau dalam hal ini
Amerika-, maka rasa-rasanya penderitaan dan penindasan yang dirasakan oleh aktifis Ikhwan
selama puluhan tahun ini insya Allah akan terbayar lunas ! Wallahu a’lam bisshowab.

Sumber: indonesiaoptimis.com

0 comments

Write Down Your Responses

Diberdayakan oleh Blogger.