Kuswati Potret Pekerja Anak di Jakarta Kembali ke SMP Melalui PPA-PKH
PEMALANG-Nasib dilahirkan di keluarga yang kurang mampu membuatnya
harus mengalami kepayahan hidup yang tidak terbayangkan bagi anak seusianya.
Jika anak seusianya bisa menikmati waktunya dalam belajar dan bermain dengan
teman sebayanya, Kuswati harus menghabiskan waktunya dengan bekerja membantu
orang tuanya, dalam acara penutupan Shelter PPA PKH dirinya berkisah jalan
hidupnya mengadu nasib di kota besar.
Kuswati adalah
putri ketiga empat bersaudara dari pasangan Karyadi dan Rauni warga Desa
Pedagung Kecamatan Bantarbolang. Orang tuanya seorang buruh tani.
Dia baru sekolah sampai SD dan ingin
melanjutkan ke SMP 3 Bantarbolang, tapi hal itu urung dilakukan karena terbentur biaya.
“ Pada waktu
itu untuk masuk cukup mahal, ada uang gedung, infaq, spp belum lagi biaya
peralatan sekolah,”ungkapnya.
Setelah tidak bisa melanjutkan sekolah, dia
sempat putus asa sehingga memutuskan untuk mengadu nasib di Jakarta untuk
berkerja di pabrik garmen. Tetapi setibanya disana dirinya ditolak karena
syarat pendidikan minimal SMP, sedangkan dirinya baru lulus SD dan belum
memiliki KTP.
Sudah kadung sampai di Jakarta, akhirnya dia
bekerja di Citra Garden menjadi pengasuh dua anak warga keturunan, sebulan
bekerja disana digaji Rp
400 ribu rupiah. Hanya bertahan sebulan, kemudian pindah di Blok D3 Kosambi masih menjadi pengasuh.
“Anak yang saya asuh sangat manja sampai saya
pernah memandikan anak laki-laki yang usianya tidak terpaut jauh dari
saya,”ungkapnya.
Karena tidak betah, kembali lagi dia pindah
pekerjaan dan menjadi buruh pabrik konveksi mengguntingi benang celana dalam
dengan gaji Rp 400 ribu sebulan.
“Saya bekerja selama 2,5 bulan, dan berpindah
lagi menjadi pelayan di toko pakaian bekerja dari jam 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB setelah
itu harus juga membersihkan rumah pemilik toko hingga cuci pakaian, nyapu,
ngepel, cuci piring. Baru istirahat pukul 22.00 WIB,”ujarnya.
Siksaan baginya saat kerjanya yang berat itu
hanya dikasih gaji Rp 200 ribu perbulan. Keluar pekerjaan di Jakarta , dia pergi ke Subang, Jawa Barat.
Di Subang, dia bekerja sebagai pelayan rumah
makan mie, berat bagi Wati sapaan akrabnya karena disini sering sakit-sakitan
sampai pernah buang air darah karena menu makannya mie terus. Sejak itu dia tidak kuat lagi dan memilih untuk
pulang kampung karena kondisi sudah sakit-sakitan dan tidak ada yang
merawat.
Sejak saat itu dia sering menangis melihat
teman-teman bisa berangkat sekolah dengan seragam biru putihnya, sedang
dirinya harus berangkat ke sawah bantu orang tuanya yang hanya seorang buruh
tani.
“Dalam sholat saya mengadu sama Allah agar
orang tua diberi rizki yang banyak sehingga bisa menyekolahkan saya
lagi,”ujarnya.
Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah,
tetap jalani hidup ini perlakukan yang terbaik, Melalui PPA-PKH, Kuswati ditempatkan
di Shelter 1 Pemalang
menjalani pendampingan selama sebulan. Dia salah satu anak yang
direkomendasikan bersekolah lagi di jenjang SMP.(him)
sumber : Radar Pemalang
0 comments
Write Down Your Responses